Friday, January 4, 2019

Jawab Pertanyaan Aneh, Ali Bin Abi Thalib Berhasil Mengislamkan Pendeta Yahudi

Jawab Pertanyaan Aneh, Ali Bin Abi Thalib Berhasil Mengislamkan Pendeta Yahudi

Di kala Umar Ibnul Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah tiba kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi.
Mereka berkata kepada Khalifah:
"Hai Khalifah Umar, anda yakni pemegang kekuasaan sehabis Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa problem penting kepada anda. Jika anda sanggup memberi balasan kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jikalau anda tidak sanggup memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi."

"Silahkan bertanya wacana apa saja yang kalian inginkan," sahut Khalifah Umar.

"Jelaskan kepada kami wacana induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?" Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya.
"Terangkan kepada kami wacana adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami wacana suatu makhluk yang sanggup memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan insan dan bukan jin!
Terangkan kepada kami wacana lima jenis makhluk yang sanggup berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya!
Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) di dikala ia sedang berkicau! Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok!
Apakah yang dikatakan oleh kuda di dikala ia sedang meringkik?
Apakah yang dikatakan oleh katak di waktu ia sedang bersuara?
Apakah yang dikatakan oleh keledai di dikala ia sedang meringkik?
Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?"

Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata:
"Bagi Umar, jikalau ia menjawab 'tidak tahu' atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!''

Mendengar balasan Khalifah Umar menyerupai itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata: "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu yakni bathil!"

Salman Al-Farisi yang dikala itu hadir, segera bangun dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu:
"Kalian tunggu sebentar!"
Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: "Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!"
Imam Ali r.a. bingung, kemudian bertanya: "Mengapa?"
Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab.

Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang menggunakan burdah (selembar kain epilog punggung atau leher) peninggalan Rasul Allah s.a.w.
Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari kawasan duduk kemudian buru-buru memeluknya, sambil berkata:
"Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!"
Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu balasan itu, Ali bin Abi Thalib herkata:
"Silakan kalian bertanya wacana apa saja yang kalian inginkan. Rasul Allah s.a.w. sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu memiliki seribu macam cabang ilmu!"

Pendeta-pendeta Yahudi itu kemudian mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka.

Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: "Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jikalau ternyata saya nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!"

"Ya baik!" jawab mereka. "

Sekarang tanyakanlah satu demi satu," kata Ali bin Abi Thalib.

Mereka mulai bertanya:
"Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?"
"Induk kunci itu," jawab Ali bin Abi Thalib, "ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik laki-laki maupun wanita, jikalau ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan sanggup naik hingga ke hadhirat Allah!" Para pendeta Yahudi bertanya lagi: "Anak kunci apakah yang sanggup membuka pintu-pintu langit?"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada yang kuasa selain Allah dan Muhammad yakni Rasul Allah!"
Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: "Orang itu benar juga!"
Mereka bertanya lebih lanjut: "Terangkanlah kepada kami wacana adanya sebuah kuburan yang sanggup berjalan bersama penghuninya!"
"Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta," jawab Ali bin Abi Thalib. "Nabi Yunus as. dibawa keliling ketujuh samudera!"
Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: "Jelaskan kepada kami wacana makhluk yang sanggup memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan insan dan bukan jin!"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud alaihimas salam. Semut itu berkata kepada kaumnya: "Hai para semut, masuklah ke dalam kawasan kediaman kalian, semoga tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!"
Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: "Beritahukan kepada kami wacana lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang bermetamorfosis menjadi seekor ular)."

Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta klarifikasi yang diberikan oleh Imam Ali r.a. kemudian mengatakan: "Kami bersaksi bahwa tiada yang kuasa selain Allah dan Muhammad yakni Rasul Allah!"

Simak juga wacana kisah yang luar biasa dari Khalifah Umar Bin Khattab berikut :

Sumber http://anekacarapraktis.blogspot.com

Thursday, January 3, 2019

Ahli Temukan Terobosan Gres Vaksin T-Cell Untuk Obati Flu. Akankah Menyerupai Resident Evil ?

Dalam film Resident Evil, Milla Jovovic yang berperan sebagai Alice , menjelma seorang perempuan super yang sangat perkasa. Pasalnya, oleh para jago medis di bawah naungan perusahaan Umbrella, Corporation badan Alice dipakai sebagai kelinci percobaan untuk dilakukan rekayasa mutasi genetika sedemikian rupa, sehingga mempunyai daya tahan dan daya pulih yang sedemikian hebatnya.
Sebab dalam badan Milla Jovovis telah “dimodifikasi” dengan menginjeksikan dengan virus-T.

Dalam film yang sempat menjadi box office tersebut, Virus-T merupakan suatu terobosan medis gres yang ditemukan oleh ahli, guna mengatasi wabah “virus zombie” yang menyerang umat insan waktu itu. Dan dengan injeksi virus-T itulah, badan Milla Jovovic, tidak hanya menjadi kebal terhadap virus Zombie tetapi juga menjadi sekuat Superman.
Namun sayangnya, dengan virus–T itu pula, Umbrella Corp, juga membuat insan monster lainnya, guna mencapai tujuannya.
Virus T ( T-Cell ) Itu, kan hanya di film.

Tidak juga.

Sebab sebagaimana dirilis dari laman BBC Indonesia, dikabarkan para ilmuwan dari Universitas Melbourne, Australia, juga telah berhasil menemukan suatu terobosan gres dalam mencari vaksin yang lebih baik untuk mencegah serangan virus flu strain baru. Dan para ilmuwan ini menyampaikan bahwa sel yang dikenal dengan nama T-cell bisa menjadi kunci bagi vaksin flu universal.

Dalam penelitiannya tersebut, para ilmuwan menemukan tanggapan mengapa virus influenza biasanya menghindari sel putih yang melindungi badan dari infeksi.

Dan dengan memakai T-cell untuk menyerang virus strain gres akan menghasilkan suatu vaksin yang tahan usang dan cakupannya luas dalam mencegah wabah flu musiman dan pandemik.

Salah seorang ilmuwan yang terlibat dalam penelitian tersebut, Profesor Stephen Turner, menyampaikan bahwa penelitian ini akan melengkapi pengobatan yang sudah ada terhadap flu.
"Saya ingin menekankan bahwa kami tidak berusaha mengganti vaksin yang ada yang sesungguhnya bekerja dengan baik," kata Profesor Stephen.
Masalahnya dengan vaksin yang ada ialah virus sanggup berubah, jadi yang kami cari ialah nilai tambah terhadap vaksin yang sudah ada sehingga kita bisa menghasilkan tidak hanya kekebalan antibodi tetapi juga kekebalan T-cell lebih luas apabila virus berubah tanpa sepengetahuan kita," tambah Profesor Stephen lebih lanjut.

Hebatnya, selain berpotensi menghasilkan suatu vaksin universal, inovasi para ilmuwan Australia ini mungkin juga akan bisa menguak pemahaman yang lebih baik perihal system kekebalan sel darah putih terhadap infeksi-infeksi virus lain, termasuk HIV dan hepatitis C.

Menurut data catatan medis, di setiap tahunnya tercatat ada sekitar 3 juta hingga 5 juta masalah flu yang berat. Dan berdasarkan catatan pula, virus ini telah menewaskan sekitar 500.000 orang per tahun di seluruh dunia. Dengan temuan gres dari para ilmuwan ini tentu merupakan sebuah impian baru, untuk pengobatan flu yang lebih baik.

Hanya saja pertanyaannya, akan T-Cell nantinya bisa “disalah gunakan” sebagaimana yang dituturkan dalam filmnya Milla Jovovic Resident Evil atas ?

Lihat juga :

Sumber http://anekacarapraktis.blogspot.com

Wednesday, January 2, 2019

Trend Terbaru  ! Cara Yang Luar Biasa Cerdas Untuk Membeli Tanah

Trend Terbaru ! Cara Yang Luar Biasa Cerdas Untuk Membeli Tanah

Lahan tanah merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Itu berarti jumlah tanah tidak dapat bertambah-tambah. Sebaliknya, jumlah insan makin hari makin pesat pertambahannya. Bahkan boleh dikatakan “meledak” tingkat pertambahannya.
Karena itulah makin hari, ketersediaan tanah akan semakin terbatas dibanding jumlah manusia. Sebidang tanah akan menjadi “barang yang langka”. Menjadi rebutan.
Anda boleh cek sendiri, berapa harga tanah per meternya ketika ini.
Bahkan ada sebidang tanah yang harganya mencapai milyaran rupiah per meternya.
Bisa dilihat di bawah ini :

Dengan makin ketatnya tingkat persaingan untuk mendapat sebidang tanah dan makin tingginya harga tanah, pada balasannya memunculkan pemikiran, inspirasi dan cara-cara yang sangat kreatif dan luar biasa cerdas dalam menentukan dan membeli sebidang tanah.

Salah satu pola dalam hal membeli tanah dengan cara yang cerdas dan menguntungkan ialah mirip yang dibawah ini :

Cara-cara yang diurai dalam artikel tersebut sudah tergolong begitu cerdasnya, sehingga mereka bahkan hingga dapat mendapat laba 2 kali,
Namun – ya itu tadi – sebab makin ketatnya tingkat persaingan ( terutama bisnis ) maka dimunculkanlah lagi cara-cara membeli tanah yang lebih cerdas.
Bahkan cara yang terbaru ini boleh dikatakan sebagai luar biasa cerdasnya ?

Apa yang sebetulnya dimaksud dengan Trend Terbaru Cara Membeli Tanah Yang Luar Biasa Cerdasnya ?

Selama ini masyarakat pada umumnya menghindari dan tidak mau membeli tanah-tanah yang lokasinya berada jauh lebih rendah dari permukaan tanah sekitarnya ( Jawa : tanah ledok ).
Makin dalam permukaan tanah, makin dihindari untuk dibeli.
Ibaratnya, dikasih gratis saja mungkin tidak mau. Sebab tanah-tanah mirip ini dianggap sebagai lahan yang mati. Tidak bermanfaat dan tidak ada gunanya. Paling-paling akan menjadi kolam dadakan ketika hujan atau banjir. Repot mengurusnya. Mahal biaya perawatannya.
Ditanami paling akan mati, dibentuk rumah, apalagi.
Harus siap-siap kerja bakti, menguras air setiap turun hujan.

Dan seumpama dijadikan tanah sehat untuk dibentuk rumah, hitung-hitungannya sangat tidak masuk – tidak cucuk. Sebab biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurug tanah mirip ini, biasa-bisa sebanding dengan biaya untuk membangun sebuah rumah. Atau bahkan lebih.

Namun yang namanya otak para pebisnis memang tidak ada habisnya, “tidak ade matinye” istilahnya.
Jika dicermati, animo terbaru ketika ini justru ada kecenderungan ( terutama dari para pebisnis tanah dan properti ) yang malah membeli tanah-tanah dengan posisi mirip ini.

Wah, mereka niscaya ndeso dan merugi, dong !

Salah. Sebaliknya, mereka justru sangat untung.
Sebab dengan harga yang amat sangat murah, ibaratnya mereka mendapat luasan lahan yang dua kali. Caranya ?

Para pebisnis tanah dan properti membeli tanah rendah mirip ini biasanya memang bukan untuk pemukiman. Namun dijual lagi sebagai ruko ( rumah toko ).
Karena itu mereka berburu tanah yang rendah namun letaknya strategis, di pinggir jalan raya.
Untuk mensiasati tanah rendah ( tanah ledok ) mirip ini, mereka menciptakan bangunan ruko bertingkat. Mereka menciptakan bangunan mirip rumah panggung.
Pada cuilan tiang penyangga dijadikan sebagai penimbunan barang-barang bekas.
Kemudian sebagian bangunan di lantai bawah dipakai gudang atau daerah penyimpanan.
Pada cuilan yang rata dengan jalan dijadikan toko, sedangkan cuilan tingkat teratas dijadikan daerah tinggal.

Dengan cara ini mereka mendapat seetidaknya 3 bangunan bertingkat.
Dan ketika bangunan ruko yang mirip ini telah jadi, jangan ditanya harga. Berlipat-lipat dari harga belinya yang memang sangat murah sekali.

Dengan trend terbaru seperti itulah mereka membeli tanah dengan cara yang luar biasa cerdasnya


Sumber http://anekacarapraktis.blogspot.com

Tuesday, January 1, 2019

Seperti Inilah Cara Menyelamatkan Diri Kalau Terperosok Dalam Pasir Hisap

Seperti Inilah Cara Menyelamatkan Diri Kalau Terperosok Dalam Pasir Hisap

Jika anda termasuk penggemar film, mungkin pernah melihat adegan wacana keganasan pasir hisap atau pasir hidup. Dimana ketika ada seseorang yang terperosok ke dalam pasir hidup ini, maka secara perlahan namun pasti, orang sial tersebut akan tersedot ke dalam bumi.
Segala perjuangan untuk melepaskan diri – bahkan bila dibantu sekalipun – akan sia-sia. Karena begitu besarnya daya cengkeram dan daya hisap pasir hidup ini.

Dan adegan yang mengerikan ibarat itu tidak hanya sanggup terjadi di film saja.
Sebab fenomena pasir hisap faktanya sanggup terjadi di dunia nyata.
Sebab kenyataannya, fenomena pasir hidup yaitu prosedur yang paling unik di alam semesta.
Pasir hisap memang paling banyak ditemukan di tepi pantai, di tepi sungai.
Tapi sanggup jadi ada di halaman belakang sekitarnya. Dan dengan “diam-diam tapi menghanyutkan” menunggu orang mendekat dan memperosokkan ke dalamnya.

Meski tidak seseram ibarat di film-film, untuk sanggup menyelamatkan diri dari cengkeraman pasir hisap – bila tidak tahu caranya – memang bukan upaya yang mudah.

Begitu berpengaruh dan hebatnya daya cengkeram dan daya sedot dari pasir hisap ini, diharapkan tenaga yang sangat besar untuk sanggup mengangkat korban yang terperosok di dalamnya.

Yang bila salah, malah sanggup memutuskan anggota tubuh korban.
Sebab untuk sanggup mengeluarkan hanya satu penggalan kaki korban yang terperosok pasir hisap dengan kecepatan 1 cm/ detik saja diharapkan kekuatan sebesar 100 ribu Newton, atau kurang lebih setara dengan kekuatan untuk mengangkat sebuah kendaraan beroda empat berukuran sedang !

Jadi bagaimana cara yang sempurna untuk menyelamatan diri bila seandainya suatu dikala terperosok ke dalam pasir hisap ?

Ada seorang ilmuwan dari Universitas Amsterdam, Belanda yang berjulukan Daniel Bonn yang memang secara khusus meneliti wacana fenomena pasir hisap ini.
Setelah meneliti dan melaksanakan percobaan berulang-ulang, Bonn dan timnya alhasil berhasil menemukan cara yang sempurna untuk sanggup menyelamatlan diri bila suatu dikala terperosok dalam pasir hisap.

Menurut Bonn, bekerjsama sebagian besar pasir hisap tidak jauh berbeda dengan pasir pada umumnya. Pasir hisap “ hanyalah” pasir yang telah diresapi air, lantaran friksi (gaya gesek) antar butiran pasir berkurang, sehingga menjadi adonan pasir dan air setengah cair yang sulit mendukung.
Sehingga orang yang terperosok ke dalam pasir hidup umumnya tidak sanggup bergerak.
Densitas pasir yang meningkat lalu merekat di penggalan anggota tubuh bawah yang terperosok dalam pasir hidup tersebut, membentuk tekanan yang sangat besar pada tubuh, mengakibatkan sangat sulit mengeluarkan tenaga.

Orang-orang sering keliru menafsirkan bahwa dengan menggoyangkan kaki akan sanggup melonggarkan pasir di sekitar badan, sehingga dengan demikian sanggup membantu anggota tubuh untuk keluar dari dalam pasir. Namun cara ini bekerjsama malah keliru.
Gerakan demikian hanya akan mempercepat endapan tanah liat, memperkuat viskositas (sifat merekat) pasir hidup, meronta membabi buta hanya akan menciptakan korban terperosok lebih dalam.

Bonn mengatakan, “cara yang sempurna untuk terlepas dari pasir hisap yaitu, korban yang terperangkap harus menggerakkan secara perlahan kedua kakinya, biar air dan pasir semaksimal merembes masuk ke kawasan hampa.

Dengan begitu akan sanggup mengurangi tekanan tubuh si korban, sekaligus menciptakan pasir biar perlahan-lahan menggembur.
Selain itu, sang korban juga harus berusaha biar anggota badannya terpisah, lantaran bila area permukaan pasir yang disentuh tubuh semakin besar, maka daya apung yang didapat akan semakin besar.
Asalkan korban mempunyai kesabaran yang cukup, dengan gerakan yang cukup damai dan santai, maka secara perlahan niscaya akan terbebas dari perangkap pasir hidup.

Dalam penelitiannya Bonn mendapati, dikala suatu obyek terperosok ke dalam pasir hidup, kecepatan terbenamnya ditentukan oleh densitas obyek tersebut. Densitas pasir hidup umumnya 2 g/milliliter, sedangkan densitas insan yaitu 1g/milliliter.
Di bawah densitas demikian, tubuh insan yang terbenam ke pasir hidup tidak akan mati tenggelam, kerap akan berhenti hingga sebatas pinggang.
Ia juga mendapati, bahwa meskipun sejumlah obyek yang berdensitas lebih besar dari pasir hidup, tapi tetap sanggup mengapung di atas pasir hidup.

Menurut Bonn lebih lanjut, “Yang paling berbahaya yaitu apabila pasir hisap cenderung menarik dengan cepat,” katanya.
Tapi, kesabaran sanggup menyelamatkan Anda. Jika dinantikan dengan sabar, partikel pasir lambat laun akan stabil sehingga daya apung adonan tersebut akan mengangkat Anda ke atas”
“Kami mengetahui bahwa lapisan pasir di bawahnya lebih rapat sedangkan air lebih banyak di lapisan atas. Lapisan pasir yang sangat pekat di bawah sangat sedikit mengandung air sehingga sulit melepas kaki yang terperosok ke dalamnya,” lanjut Bonn.
Karena itu Bonn menyarankan : “dengan tetap damai dan biasanya Anda akan terapung. Luruskan punggung Anda untuk memperluas area yang bebas dan tunggu hingga kaki bebas dari pasir:
Bonn juga menyarankan biar kaki bergerak untuk mengendalikan air sehingga Anda terapung. “
Anda harus memasukkan air ke dalam pasir dan cara yang paling gampang yaitu memutar-mutar sekitar kaki di dalam pasir hisap,” tambahnya.

Simak juga :

Sumber http://anekacarapraktis.blogspot.com

Monday, December 31, 2018

Cara Paling Meyakinkanmembedakan Telur Ayam Kampung Yang Orisinil

Bagi para ibu rumah tangga, perbedaan antara telur ayam kampung dengan telur ayam lainnya ( ayam ras ) mungkin tidak terlalu dipermasalahkan.

Sebab bagi ibu rumah tangga biasanya dipakai untuk kegiatan masak memasak. Untuk lauk pauk ataupun untuk menciptakan campuran roti.
Bahkan pada umumnya para ibu rumah tangga malah lebih menyukai telur ayam ras.
Selain lebih gampang ditemukan, harganya yang lebih murah juga, telur ayam ras rata-rata relatif lebih besar dari ayam kampung.

Namun bagi para penggemar jamu ataupun saat telur akan dipakai untuk obat ramuan tradisional, perbedaan ini menjadi sangat penting.
Sebab dipercaya, telur ayam kampung selalu dianggap memilki khasiat yang lebih kalau dibandingkan dengan telur ayam ras.
Hanya saja terkadang ada saja tukang jamu atau pedagang yang “nakal”.
Mereka menyamarkan atau menggandakan telur ayam kampung dengan telur ayam ras.

Bagaimana anda sanggup membedakannya biar tidak terkecoh ?

Sebenarnya ada beberapa cara untuk membedakan antara telur ayam kampung dengan telur ayam ras.

Jika dilihat dari ukurannya, telur ayam kampung terang jauh lebih kecil.
Apabila telur ayam ras rata-rata mencapai sekitar 16 butir per kilonya, pada ayam kampung sanggup 22 butir telur per kilonya.
Kemudian dari warna kerabangnya.
Pada telur ayam ras warna kerabangnya kemerahan sedangkan pada telur ayam kampung kerabangnya berwarna putih.
Meski pada ayam kampung tertentu, ibarat ayam Nunukan atau ayam Kedu, selain ukuran telurnya hampir sama, warna kerabangnya juga sama-sama kemerahan, hampir ibarat dengan telur ayam ras.

Karena adanya beberapa kemiripan ini, bahkan terkadang oknum tukang jamu yang bandel tapi pintar, memakai telur ayam ras dara yagn agak kecil, kemudian dicuci dengan cuka.
Sehingga hasilnya, warna kerabang telur tidak merah lagi melainkan sudah benar-benar ibarat dengan telur ayam kampung.

Jadi, bagaimana cara untuk membedakan telur ayam kampung dengan telur ayam ras yang paling meyakinkan ?

Cara yang paling meyakinkan yang sanggup dipakai yaitu hanya dengan memecah telur.

Misalnya, anda beli sebutir telur terlebih dulu. Kemudian ketok pada cuilan ujungnya, hingga cairan di dalamnya sanggup keluar.
Tentengkan telur sehingga cuilan yang berlubang berada di di bawah.
Pada telur ayam ras putih, cairan telur akan mengucur deras keluar alasannya yaitu kandungan airnya yang tinggi. Sedangkan pada telur ayam kampung, meski cairan mengalir keluar, cairan akan tetap lengket menyatu dengan kuning telur, tidak mau tumpah.

Perbedaan lainnya, telur ayam kampung akan lebih gampang ditelan dan rasanya agak manis.
Lihat juga :

Sumber http://anekacarapraktis.blogspot.com

Sunday, December 30, 2018

Kisah Ali Bin Abi Thalib Membeberkan Diam-Diam Ashabul Kahfi Kepada 3 Pendeta Yahudi

Kisah Ali Bin Abi Thalib Membeberkan Diam-Diam Ashabul Kahfi Kepada 3 Pendeta Yahudi

Dalam Al Alquran terdapat Surat Al Kahfi yang menceritakan riwayat perihal beberapa perjaka bersama anjingnya yang mencari santunan di dalam gua untuk menghindari penguasa yang dzalim.

Yang oleh Allah pemuda-pemuda tersebut kemudian dimatikan, dan dihidupkan kembali setelah 309 tahun.

Apa yang telah dijelaskan dalam Qur’an ini intinya merupakan garis besar kisahnya.
Sehingga untuk memperoleh kisah dan keterangan perihal Ashabul Kahfi secara lengkap memang terdapat penjelasannya tersendiri. Dan waktu itu tidak semua orang mengetahui keseluruhan dari kisah Ashabul Kahfi ini. Sehingga boleh dikata kisah ini termasuk kisah belakang layar ( waktu itu ).

Karena itulah ada tiga orang pendeta Yahudi yang bermaksud untuk menguji.
Dan di kala Umar Ibnul Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, tiba kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi.
Mereka berkata kepada Khalifah: "Hai Khalifah Umar, anda yakni pemegang kekuasaan sehabis Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa persoalan penting kepada anda.
Jika anda sanggup memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi.
Sebaliknya, kalau anda tidak sanggup memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi."

Pendeta tersebut kemudian mengajukan sepuluh pertanyaan yang sangat pelik dan rahasia.
Sehingga waktu itu khalifah Umar sendiri bahkan tidak sanggup menjawabnya. Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata:
"Bagi Umar, kalau ia menjawab 'tidak tahu' atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!''

Mendengar jawaban Khalifah Umar menyerupai itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata:
"Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu yakni bathil!"

Salman Al-Farisi yang ketika itu hadir, segera bangun dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: "Kalian tunggu sebentar!"
Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib.
Setelah bertemu, Salman berkata: "Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!"
Imam Ali r.a. bingung, kemudian bertanya: "Mengapa?"
Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab.

Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang menggunakan burdah (selembar kain epilog punggung atau leher) peninggalan Rasul Allah s.a.w.
Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari daerah duduk kemudian buru-buru memeluknya, sambil berkata: "Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!"

Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib berkata:
"Silakan kalian bertanya perihal apa saja yang kalian inginkan. Rasul Allah s.a.w. sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu memiliki seribu macam cabang ilmu!"

Pendeta-pendeta Yahudi itu kemudian mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka.
Namun sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: "Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu kalau ternyata saya nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!"
"Ya baik!" jawab mereka.
"Sekarang tanyakanlah satu demi satu," kata Ali bin Abi Thalib.

Setelah pendeta Yahudi mengajukan sepuluh pertanyaan, maka dengan lancar dan terang Ali bin Abi Thalib menjawab semua pertanyaan itu.
Sehingga balasannya kedua pendeta Yahudi serta merta menyatakan diri, bersyahadat masuk Islam.
Untuk kisah lebih lengkap sanggup dilihat di bawah ini :

Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib: "Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama menyerupai kepercayaan dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda."
"Tanyakanlah apa saja yang kamu inginkan," sahut Imam Ali.
"Coba terangkan kepadaku perihal sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat perihal mereka itu?" Tanya pendeta tadi.

Ali bin Ali Thalib menjawab:
"Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat perihal mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah s.w.t. kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka itu."
Pendeta Yahudi itu menyahut: "Aku sudah banyak mendengar perihal Qur'an kalian itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, coba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal hingga akhir!"

Ali bin Abi Thalib kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut ke depan perut, kemudian ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ke pinggang.
Lalu ia berkata: "Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah s.a.w. kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota berjulukan Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese).
Baru setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, kini terletak di dalam wilayah Turki).

Penduduk negeri itu dahulunya memiliki seorang raja yang baik.
Setelah raja itu meninggal dunia, informasi kematiannya didengar oleh seorang raja Persia berjulukan Diqyanius.
Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia tiba menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan balasannya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, kemudian dibangunlah sebuah Istana."

Baru hingga di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya: "Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya!"
Ali bin Abi Thalib menerangkan: "Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari kerikil marmar. Panjangnya satu farsakh (= kl 8 km) dan lebarnya pun satu farsakh.
Pilar-pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu lampu yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas.
Lampu-lampu itu bergelantungan pada rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan homogen minyak yang harum baunya.
Di sebelah timur serambi dibentuk lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari semenjak mulai terbit hingga terbenam selalu sanggup menerangi serambi. Raja itu pun menciptakan sebuah singgasana dari emas.
Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaan duduk.
Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah dingklik terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa-penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala."

Sampai di situ pendeta yang bersangkutan berdiri lagi sambil berkata: "Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?"
"Hai saudara Yahudi," kata Imam Ali menerangkan, "mahkota raja itu terbuat dari kepingankepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam.
Raja itu juga memiliki 50 orang pelayan, terdiri dari belum dewasa para hulubalang. Semuanya menggunakan selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus berdiri di belakang raja.
Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari belum dewasa para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu pembantunya. Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri."

Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi. Lalu berkata: "Hai Ali, kalau yang kamu katakan itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!"
Menanggapi hal itu, Imam Ali r.a. menjawab: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing berjulukan Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina.
Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing berjulukan Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan. Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja.
Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan bunyi isyarat, kemudian burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung di dalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibaskan sayap serta bulunya, hingga sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua daerah sekitarnya. Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan bunyi kode lagi. Burung itu terbang pula. Lalu hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung di dalamnya, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, hingga wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ke daerah sekitarnya. Pembawa burung itu memberi kode bunyi lagi. Burung itu kemudian terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak di atas kepala raja.

Demikianlah raja itu berada di atas singgasana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah atau pun beringus.
Setelah sang raja merasa diri sedemikian besar lengan berkuasa dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai "tuhan" dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah s.w.t.

Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan banyak sekali macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh.
Oleh lantaran itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya.

Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, hingga ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah s.w.t.
Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja.
Demikian murung dan bingungnya raja itu, hingga tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana.

Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan -- seorang cerdas yang berjulukan Tamlikha-- memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh fikiran.
Ia berfikir, kemudian berkata di dalam hati: "Kalau Diqyanius itu benar-benar dewa sebagaimana berdasarkan pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan."
Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di daerah salah seorang dari mereka secara bergiliran.

Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha mendapatkan kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum.
Teman-temannya bertanya: "Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?" "Teman-teman," sahut Tamlikha, "hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur."
Teman-temannya mengejar: "Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?" "Sudah lama saya memikirkan soal langit," ujar
Tamlikha menjelaskan. "Aku kemudian bertanya pada diriku sendiri: 'siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa kondusif dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?'
Kemudian kupikirkan juga bumi ini: 'Siapakah yang membentang dan menghamparkan-nya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa biar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?' Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: 'Siapakah yang mengeluarkan saya sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu niscaya ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius'…"

Teman-teman Tamlikha kemudian bertekuk lutut di hadapannya.
Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkata: "Hai Tamlikha dalam hati kami kini terasa sesuatu menyerupai yang ada di dalam hatimu. Oleh lantaran itu, sepakat engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!" "Saudara-saudara," jawab Tamlikha, "baik saya maupun kalian tidak menemukan nalar selain harus lari meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!"
"Kami sepakat dengan pendapatmu," sahut teman-temannya. Tamlikha kemudian berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan balasannya berhasil menerima uang sebanyak 3 dirham.
Uang itu kemudian diselipkan dalam kantong baju. Lalu berangkat berkendaraan kuda gotong royong dengan lima orang temannya.

Setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya: "Saudara saudara, kita kini sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memperlihatkan jalan keluar."

Mereka turun dari kudanya masing-masing. Lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, hingga kaki mereka infeksi berdarah lantaran tidak biasa berjalan kaki sejauh itu.
Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka.
Kepada penggembala itu mereka bertanya: "Hai penggembala, apakah engkau memiliki air minum atau susu?" "Aku memiliki semua yang kalian inginkan," sahut penggembala itu. "Tetapi kulihat wajah kalian semuanya menyerupai kaum bangsawan. Aku mengira kalian itu niscaya melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana kisah perjalanan kalian itu!"
"Ah…, susahnya orang ini," jawab mereka. "Kami sudah memeluk suatu agama, kami dihentikan berdusta. Apakah kami akan selamat kalau kami menyampaikan yang sebenarnya?" "Ya," jawab penggembala itu.

Tamlikha dan teman-temannya kemudian menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka.
Mendengar kisah mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki mereka, ia berkata: "Dalam hatiku kini terasa sesuatu menyerupai yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing kambing itu kepada pemiliknya. Nanti saya akan segera kembali lagi kepada kalian."

Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia tiba lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya."

Waktu kisah Imam Ali hingga di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil berkata: "Hai Ali, kalau engkau benar-benar tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?" "Hai saudara Yahudi," kata Ali bin Abi Thalib memberitahukan, "kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan berjulukan Qithmir.
Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada temannya: kita khawatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar belakang layar kita!
Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu. Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, kemudian duduk di atas dua kaki belakang, menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan terang sekali: "Hai orangorang, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal saya ini bersaksi tiada dewa selain Allah, tak ada sekutu apa pun bagi-Nya. Biarlah saya menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian saya mendekatkan diriku kepada Allah s.w.t."
Anjing itu balasannya dibiarkan saja. Mereka kemudian pergi. Penggembala tadi mengajak mereka naik ke sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua."

Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari daerah duduknya sambil berkata: "Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!"
Imam Ali menjelaskan: "Gunung itu berjulukan Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram!"
Ali bin Abi Thalib meneruskan ceritanya: secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di daerah itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua.
Sedang anjing yang semenjak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga ndeprok sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua. Kemudian Allah s.w.t. memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah s.w.t. mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik badan mereka dari kanan ke kiri. Allah kemudian memerintahkan matahari supaya pada ketika terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada ketika hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.

Suatu ketika waktu raja Diqyanius gres saja selesai berpesta ia bertanya perihal enam orang pembantunya. Ia menerima jawaban, bahwa mereka itu melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.
Kepada para pengikutnya ia berkata: "Kalau saya hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan eksekusi yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah tukang-tukang kerikil supaya mereka segera tiba ke mari!"
Setelah tukang-tukang kerikil itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam semen).
Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya: "Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, biar mereka dikeluarkan dari daerah itu."

Dalam guha tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun. Setelah masa yang amat panjang itu lampau, Allah s.w.t. mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada ketika matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seolah-olah gres bangun dari tidurnya masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya: "Malam tadi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air!"
Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mataair itu sudah mengering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah s.w.t. menciptakan mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bertanya: "Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa uang untuk sanggup niendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke kota nanti supaya hati-hati benar, jangan hingga membeli masakan yang dimasak dengan lemak-babi."

Tamlikha kemudian berkata: "Hai saudara-saudara, saya sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!"
Setelah Tamlikha menggunakan baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui. Setibanya bersahabat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa bertuliskan: "Tiada Tuhan selain Allah dan Isa yakni Roh Allah." Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, kemudian berkata seorang diri: "Kusangka saya ini masih tidur!"
Setelah agak lama memandang dan mengamat amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti: "Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?" "Aphesus," sahut penjual roti itu. "Siapakah nama raja kalian?" tanya Tamlikha lagi. "Abdurrahman," jawab penjual roti. "Kalau yang kaukatakan itu benar," kata Tamlikha, "urusanku ini sungguh gila sekali! Ambillah uang ini dan berilah masakan kepadaku!"
Melihat uang itu, penjual roti keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.

Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, kemudian berkata kepada Ali bin Abi Thalib: "Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru!"
Imam Ali menerangkan: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!"
Imam Ali kemudian melanjutkan ceritanya: Penjual Roti kemudian berkata kepada Tamlikha: "Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau gres menemukan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku! Kalau tidak, engkau akan kuhadapkan kepada raja!" "Aku tidak menemukan harta karun," sangkal Tamlikha. "Uang ini kudapat tiga hari yang kemudian dari hasil penjualan buah kurma seharga tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota lantaran orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!"
Penjual roti itu marah. Lalu berkata: "Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut nyebut seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?"
Tamlikha kemudian ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang gres ini seorang yang sanggup berfikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha: "Bagaimana kisah perihal orang ini?" "Dia menemukan harta karun," jawab orang-orang yang membawanya. Kepada Tamlikha, raja berkata: "Engkau tak perlu takut! Nabi Isa a.s. memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat."
Tamlikha menjawab: "Baginda, saya sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku yakni penduduk kota ini!" Raja bertanya sambil keheran-heranan: "Engkau penduduk kota ini?" "Ya. Benar," sahut Tamlikha. "Adakah orang yang kamu kenal?" tanya raja lagi. "Ya, ada," jawab Tamlikha. "Coba sebutkan siapa namanya," perintah raja. Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata: "Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau memiliki rumah di kota ini?" "Ya, tuanku," jawab Tamlikha. "Utuslah seorang menyertai aku!" Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu.

Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengantarkan: "Inilah rumahku!" Pintu rumah itu kemudian diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata lantaran sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, kemudian bertanya kepada orang-orang yang datang: "Kalian ada perlu apa?" Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut: "Orang muda ini mengaku rumah ini yakni rumahnya!" Orang bau tanah itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya: "Siapa namamu?" "Aku Tamlikha anak Filistin!" Orang bau tanah itu kemudian berkata: "Coba ulangi lagi!" Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang bau tanah itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap: "Ini yakni datukku! Demi Allah, ia salah seorang di antara orang orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka." Kemudian diteruskannya dengan bunyi haru: "Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa as., dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan menyampaikan bahwa mereka itu akan hidup kembali!"

Peristiwa yang terjadi di rumah orang bau tanah itu kemudian di laporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera tiba menuju ke daerah Tamlikha yang sedang berada di rumah orang bau tanah tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas pundak, sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya-tanya: "Hai Tamlikha, bagaimana keadaan sahabat temanmu?" Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua. "Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang aristokrat istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang aristokrat itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua," demikian Imam Ali melanjutkan ceritanya.

Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya bersahabat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang aristokrat dan para pengikut mereka: "Aku khawatir kalau hingga teman-temanku mendengar bunyi tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka niscaya mengira Diqyanius tiba dan mereka bakal mati semua. Oleh lantaran itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah saya sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!" Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata: "Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!" Tamlikha menukas: "Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal di sini?" "Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja," jawab mereka. "Tidak!" sangkal Tamlikha. "Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka kini tiba untuk bertemu dengan kalian!" Teman-teman Tamlikha menyahut: "Hai Tamlikha, apakah engkau hendak mengakibatkan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?" "Lantas apa yang kalian inginkan?" Tamlikha balik bertanya. "Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat menyerupai itu juga," jawab mereka. Mereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa: "Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami perihal keanehan-keanehan yang kami alami kini ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!" Allah s.w.t. mengabulkan permohonan mereka.

Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah s.w.t. melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang aristokrat yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak sanggup ditemukan lubang atau saluran lainnya ke dalam gua. Pada ketika itu dua orang aristokrat tadi menjadi yakin perihal betapa hebatnya kekuasaan Allah s.w.t. Dua orang aristokrat itu memandang semua tragedi yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka. Bangsawan yang beragama Islam kemudian berkata: "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan kudirikan sebuah daerah ibadah di pintu guha itu." Sedang aristokrat yang beragama Kristen berkata pula: "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan kudirikan sebuah biara di pintu gua itu." Dua orang aristokrat itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, balasannya aristokrat Kristen terkalahkan oleh aristokrat yang beragama Islam.

Dengan terjadinya tragedi tersebut, maka Allah berfirman, yang artinya: "Orang-orang yang telah memenangkan urusan mereka berkata: 'Kami hendak mendirikan sebuah rumah peribadatan di atas mereka'…" (S. Al Kahfi: 21).

Sampai di situ Imam Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu: "Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, kini saya hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang kuceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kalian?"
Pendeta Yahudi itu menjawab: "Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu abjad pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, lantaran saya telah bersaksi bahwa tiada dewa selain Allah dan bahwa Muhammad yakni hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan ummat ini!"

Demikianlah hikayat perihal para penghuni gua (Ashhabul Kahfi), kutipan dari kitab Qishasul Anbiya yang tercantum dalam kitab Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, goresan pena As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad.


Sumber http://anekacarapraktis.blogspot.com

Saturday, December 29, 2018

Membuat Plastik Murah Ramah Lingkungan Dengan Ganggang Biru

Membuat Plastik Murah Ramah Lingkungan Dengan Ganggang Biru

Plastik atau produk-produk yang berbahan plastic sudah dikenal luas dan kadung menjadi kebutuhan sehari-hari yang tidak terhindarkan. Maklum saja alasannya ialah disamping relatif murah, produk-produk yang berbahan plastik memang populer ringan dan tahan lama.

Masalahnya ialah plastik termasuk salah satu materi yang “Non Degradble” atau susah untuk diurai.

Untuk mengurai seonggok limbah plastik diharapkan waktu ratusan bahkan ribuan tahun. Dan repotnya lagi, saat plastik ini dibakar maka akan menghasilkan suatu senyawa yang dinamakan Dioxin yang beracun.

Sehingga plastik mempunyai dua sisi yang saling bertentangan.
Di satu sisi memang sangat bermanfaat dan sangat dibutuhkan.
Di sisi lainnya, plastik juga akan mencemari lingkungan.

Karena itulah dalam kurun waktu beberapa puluh tahun terakhir, digalakkan kampanye untuk meminimasi penggunaan plastik dan produk-produk yang berbahan plastik.

Di cuilan lainnya, para andal juga berupaya untuk menemukan dan menciptakan produk plastik yang lebih ramah lingkungan atau plastik yang lebih gampang diurai alias Degradable Plastic

Dan produk menyerupai ini tentu disambut dengan baik oleh para pecinta lingkungan.
Masalahnya ialah harga dari plastik ramah lingkungan selama ini masih jauh lebih mahal, sehingga balasannya penggunaannya pun sangat terbatas.

Dari hal tersebut menimbulkan para pakar memutar otaknya lagi. Bagaimana menemukan plastik yang ramah lingkungan namun harganya murah meriah.

Adalah Yasua Asada dari National Institute of Bioscience and Human Technology Jepang yang pada balasannya berhasil menemukan cara plastik yang ramah lingkungan namun harganya murah meriah itu. Asada menciptakan suatu senyawa yang dinamakan PoliHidroksilButilat ( PHB ).

Dan materi ini dapat dicetak menjadi materi thermoplastic, tapi gampang diurai dalam tanah.

PHB yang dibentuk Asada ini dihasilkan oleh ganggang biru, yang mengelola gas CO2 dengan sumbangan sinar matahari. Mirip dengan proses fotosintesis.
Bedanya, fotosintesis ganggang biru-nya Yasua Asada menghasilkan PHB. Pasalnya ganggang biru Synechococcus yang dikaryakan Asada, dibekali gen pembentuk PHB dari bakteri Alcaligenes Eutropus.

Asada terus bereksperimen bagaimana memperoleh PHB yang lebih banyak daripada yang dihasilkan oleh ganggang biru peliharaannya.
Fotosintesis ganggang biru yang dilengkapi gen basil itu jikalau berhasil dalam skala komersial, akan dapat menampung gas buangan pembakaran mesin yang menggunakan BBM, menyerupai mesin diesel pabrik atau motor. Gas buangan inilah yang selama ini didakwa sebagai pencemar udara nomor satu.
Karena akan menumpuk di angkasa dan membentuk lapisan yang menahan panas dari bumi ke ruang angkasa, yang biasa dikenal dengan Efek Rumah Kaca.
Namun jikalau gas buangan CO2 itu diubah menjadi PHB dengan mengkaryakan ganggang biru, maka dua tujuan sekaligus tercapai.

Lihat juga :

Sumber http://anekacarapraktis.blogspot.com